Kamis, 17 September 2009

Analisa terhadap patung SE MIEN FO di dalam kelenteng

Analisa terhadap patung SE MIEN FO di dalam kelenteng

Menurut saya, puja bakti/sembahyang di klenteng tetap dilaksanakan oleh umat Buddha tradisional (yang cung-cung cep) walaupun tanpa adanya patung Se Mien Fo. Biasanya mereka melakukan ritual sembahyang menjelang tahun baru imlek, setiap pertukaran tahun ( jika chiong maka umat yang chiong akan pergi bersembahyang), setiap che si ( ketika dewa turun ke bumi) mendekati tahun baru imlek, ketika che it cap go, dsb.
Kebanyakan dari umat Buddha tradisional adalah mereka yang tidak mempelajari Dhamma, sehingga banyak dari mereka yang hanya mengerti untuk bersembahyang di klenteng dengan tujuan untuk meminta-minta pada Dewa-dewa. Ritual bersembahyang di klenteng dilakukan terhadap semua dewa yang ada dengan menggunakan hio, lilin dan minyak.
Se Mien Fo ( dewa empat muka ) adalah dewa yang berasal dari agama Hindu ( yang bisa disebut Brahma). Kebanyakan dari umat Buddha di Thailand menyembah Se Mien Fo Karena terdapat banyak cerita bahwa Se Mien Fo dapat mengabulkan permintaan kita. Di Thailand terdapat banyak patung-patung Se Mien fo di depan rumah penduduk, sedangkan di Indonesia Se Mien Fo terdapat di klenteng-klenteng dan di beberapa vihara besar.
Adapun yang beranggapan bahwa dengan adanya Se Mien Fo umat Buddha makin gencar unuk bersembahyang karena bisa meminta-minta dan banyak dari doa mereka yang terkabul. Seperti kebudayaan Indonesia yang gemar meminta-minta dan menyogok, dengan adanya Se mien Fo di klenteng, maka akan lebih banyak umat yang membeli hio , lilin yang besar, dan persembahan lainnya agar doa mereka di kabulkan. Selain itu tradisi dari orang tua dulu yang beragama Buddha (khususnya masyarakat TiongHoa) bahwa sembahyang adalah hal yang wajib dan diwariskan turun menurun.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar